Dewasa ini, fungsi dunia
perbankan menjadi semakin komplek. Berbagai produk dan layanan dihadirkan bank guna mendapat kepercayaan nasabah dan calon nasabahnya. Mulai
dari tempat penyimpanan, kemudahan sebagai alat transaksi sampai dengan tempat pinjaman/kredit. Kondisi
masyarakat yang sekarang ini hampir tidak bisa lepas dari dunia perbankan
membuat sengitnya persaingan di sektor ini. Bahkan dunia Industri sudah mulai tergantung
dengan layanan bank khususnya dalam hal pembayaran gaji karyawannya.
Saya pun mulai mengenal dan menggunakan
jasa perbankan ketika masuk bekerja tepatnya pada tahun 2008 dibidang ritel. Kebetulan
rekening pertama saya di bank BCA Kantor Cabang Pembantu Makro Pepelegi, itupun hanya sebagai tempat transit
pembayaran gaji saja. Terus terang, pada waktu itu saya terpaksa membuka
rekening dikarenakan semua pembayaran gaji harus melewati bank. Seperti orang
awam pada umumnya, awalnya saya masih kikuk dalam penggunaannya apalagi pada
awal-awal gajian. Dilema memang karena jika mengambil didalam bank harus antri apalagi bank BCA
tidak pernah sepi dari nasabahnya sedangkan jika mengambil di ATM ada takut salah dalam
operasionalnya sehingga ATM saya bisa diblokir. Akhirnya kuputuskan mengambil
uang gajian di gerai ATM, itupun dengan sedikit rasa malu karena harus menyeret teman
kerja untuk ikut bersama saya ke gerai ATM dan meminta mengajari operasional di
ATM. Dengan iming-iming sebuah traktiran sebagai wujud rasa syukur untuk gaji
pertama yang akan saya ambil di ATM sebagai ganti karena mengajari saya dalam operational di mesin ATM. Akan tetapi nasib berkata lain, pede (percaya diri) saya
berubah seketika menjadi rasa malu, sewaktu gaji saya yang pertama tidak
ditransfer lewat perbankan melainkan diberikan tunai karena saya belum genap 1
bulan bekerja.
Namanya jiwa muda, sudah
sewajarnya masih dalam proses pencarian jati diri sehingga saya sering
ganta-ganti perusahaan. Tercatat ada lima perusahaan yang telah saya jalani
termasuk yang sekarang ini dan paling lama dalam sejarah bekerja diperusahaan. Selama
itu pula saya juga gonta ganti bank karena perusahaan tempat saya bekerja
hanya mempunyai koneksi terhadap satu bank saja.
Pada perusahaan yang terakhir
ini, barulah saya kembali ke bank BCA lagi, walaupun tidak mulai dari sejak
pertama kali saya bekerja diperusahaan. Titik balik memakai bank BCA lagi
adalah ketika saya akan membeli sebuah kendaraan roda empat dengan sistem
kredit. Tentunya yang pilihan pertama dan mutlak adalah bank yang dapat memberikan
saya bunga kredit paling kecil. Setelah saya collect data ternyata
kredit pada bank BCA yang menjadi pilihan sehingga saya harus membuka lagi rekening di bank BCA..
Awalnya saya belum sepenuhnya
menggunakan jasa BCA kecuali hanya sebagai transit pembayaran kredit kendaraan
saja, tetapi melalui berbagai pertimbangan mulailah saya alihkan jasa keuangan
saya kepada bank BCA. Diantaranya pertimbangan-pertimbangan itu antara lain :
- Gerai ATM BCA ada dimana-mana sehingga memudahkan saya dalam mengambil uang dalam bentuk tunai.
- Banyak tempat shopping yang memiliki alat gesek dari BCA sehingga memudahkan dan menghemat biaya administrasi ketika menggunakan ATM BCA.
- Tentunya karena kredit pembayaran mobil di rekening BCA sehingga tidak banyak pengeluaran untuk administrasi transfer antar bank.
Perlahan tapi pasti, saya mulai
tergantung menggunakan fasilitas dan layanan dari bank yang berupa ATM BCA karena
lebih praktis dan effisien. Dengan adanya ATM ini, saya tidak perlu repot-repot
membawa uang tunai dalam jumlah yang besar apalagi sudah banyaknya tempat
pembelanjaan yang menggunakan ATM sebagai transaksinya. Tidak hanya tempat
perbelanjaan, tempat makan dan restaurant sudah banyak yang memakai fasilitas
ini sehingga ketika pergi atau sekedar jalan-jalan diluar rumah praktis saya tidak
pernah membawa uang tunai lebih dari Rp 300.000.
Benar kata pepatah, masa lalu
janganlah disimpan karena dapat merusak masa depan. Hal itu juga terjadi pada
diri saya, kartu ATM BCA lama yang masih saya sebagai kenang-kenangan pertama
kali mempunyai ATM menjadi saksi kunci atas tragedi salam ambil ATM. Waktu itu
saya berbelanja untuk perlengkapan sikecil, seperti biasa karena jaraknya dekat
saya hanya membawa ATM BCA. Kebetulan sekali waktu itu juga ada promo sehingga belanja
dengan sedikit memborongpun saya lakukan. Tidak disangka ketika sampai dikasir
dengan percaya diri saya berikan ATM sambil berkata.
Saya : “bayar pakai ATM BCA mbak”.
kasier : “ iya pak, tidak
apa-apa. Totalnya Rp 215.650. Tunggu sebentar ya pak?
Saya : “oke”
Tidak selang berapa lama kasier
pun berkata
kasier: “maap pak kartunya tidak
bisa buat transaksi, ada yang lain atau pakai uang tunai?”
Saya : “Knapa? Waduh saya tidak
bawa uang tunai. Tunggu mbak, saya coba ATM saya di mesin ATM itu?”
kasier : “silahkan pak”
Saya pun mencoba kegerai ATM yang
kebetulan ada diluar minimarket dan hasilnya sama, sontak saja perasaan malu harus saya pendam dalam-dalam. Dengan sedikit raut wajah memerah saya
menemui kasier minimarket sambil berkata.
Saya :”Maap mbak, saya keliru
ambil ATM, nanti saya datang lagi’
Kasier: “tidak apa-apa pak,
silahkan’.
Walaupun sudah dua kali saya menahan malu karena ATM BCA lama tetapi justru kenangan itu yang membuat saya tidak ingin
membuang ATM BCA lama. Maklum ATM BCA adalah kali pertama saya memiliki ATM sehingga sayang jika dibuang.
Produk dan layanan dari bank berupa ATM, bagi saya
sangat membantu sekali karena disamping tidak perlu repot-repot membawa uang
tunai dalam jumlah yang besar, juga sangat efektif karena bisa dipakai untuk
transaksi jual-beli pengganti uang. Apalagi ditunjang dengan banyaknya gerai ATM seperti
gerai ATM BCA membuat saya tidak harus jauh-jauh mencari gerai ATM atau
setidaknya saya tidak dipotong biaya administrasi ketika mengambil uang di ATM
bersama. Terima kasih bank BCA.