Senin, 31 Oktober 2016

ATM BCAku, Yang Bikin Tengsin Tetapi Melekat Di Hati



Dewasa ini, fungsi dunia perbankan menjadi semakin komplek. Berbagai produk dan layanan dihadirkan bank guna mendapat kepercayaan nasabah dan calon nasabahnya. Mulai dari tempat penyimpanan, kemudahan sebagai alat transaksi sampai dengan tempat pinjaman/kredit. Kondisi masyarakat yang sekarang ini hampir tidak bisa lepas dari dunia perbankan membuat sengitnya persaingan di sektor ini. Bahkan dunia Industri sudah mulai tergantung dengan layanan bank khususnya dalam hal pembayaran gaji karyawannya.

Saya pun mulai mengenal dan menggunakan jasa perbankan ketika masuk bekerja tepatnya pada tahun 2008 dibidang ritel. Kebetulan rekening pertama saya di bank BCA Kantor Cabang Pembantu Makro Pepelegi, itupun hanya sebagai tempat transit pembayaran gaji saja. Terus terang, pada waktu itu saya terpaksa membuka rekening dikarenakan semua pembayaran gaji harus melewati bank. Seperti orang awam pada umumnya, awalnya saya masih kikuk dalam penggunaannya apalagi pada awal-awal gajian. Dilema memang karena jika mengambil didalam bank harus antri apalagi bank BCA tidak pernah sepi dari nasabahnya sedangkan jika mengambil di ATM ada takut salah dalam operasionalnya sehingga ATM saya bisa diblokir. Akhirnya kuputuskan mengambil uang gajian di gerai ATM, itupun dengan sedikit rasa malu karena harus menyeret teman kerja untuk ikut bersama saya ke gerai ATM dan meminta mengajari operasional di ATM. Dengan iming-iming sebuah traktiran sebagai wujud rasa syukur untuk gaji pertama yang akan saya ambil di ATM sebagai ganti karena mengajari saya dalam operational di mesin ATM. Akan tetapi nasib berkata lain, pede (percaya diri) saya berubah seketika menjadi rasa malu, sewaktu gaji saya yang pertama tidak ditransfer lewat perbankan melainkan diberikan tunai karena saya belum genap 1 bulan bekerja.

Namanya jiwa muda, sudah sewajarnya masih dalam proses pencarian jati diri sehingga saya sering ganta-ganti perusahaan. Tercatat ada lima perusahaan yang telah saya jalani termasuk yang sekarang ini dan paling lama dalam sejarah bekerja diperusahaan. Selama itu pula saya juga gonta ganti bank karena perusahaan tempat saya bekerja hanya mempunyai koneksi terhadap satu bank saja.  

Pada perusahaan yang terakhir ini, barulah saya kembali ke bank BCA lagi, walaupun tidak mulai dari sejak pertama kali saya bekerja diperusahaan. Titik balik memakai bank BCA lagi adalah ketika saya akan membeli sebuah kendaraan roda empat dengan sistem kredit. Tentunya yang pilihan pertama dan mutlak adalah bank yang dapat memberikan saya bunga kredit paling kecil. Setelah saya collect data ternyata kredit pada bank BCA yang menjadi pilihan sehingga saya harus membuka lagi rekening di bank BCA..

Awalnya saya belum sepenuhnya menggunakan jasa BCA kecuali hanya sebagai transit pembayaran kredit kendaraan saja, tetapi melalui berbagai pertimbangan mulailah saya alihkan jasa keuangan saya kepada bank BCA. Diantaranya pertimbangan-pertimbangan itu antara lain :
  1. Gerai ATM BCA ada dimana-mana sehingga memudahkan saya dalam mengambil uang dalam bentuk tunai.
  2. Banyak tempat shopping yang memiliki alat gesek dari BCA sehingga memudahkan dan menghemat biaya administrasi ketika menggunakan ATM BCA.
  3. Tentunya karena kredit pembayaran mobil di rekening BCA sehingga tidak banyak pengeluaran untuk administrasi transfer antar bank.
Perlahan tapi pasti, saya mulai tergantung menggunakan fasilitas dan layanan dari bank yang berupa ATM BCA karena lebih praktis dan effisien. Dengan adanya ATM ini, saya tidak perlu repot-repot membawa uang tunai dalam jumlah yang besar apalagi sudah banyaknya tempat pembelanjaan yang menggunakan ATM sebagai transaksinya. Tidak hanya tempat perbelanjaan, tempat makan dan restaurant sudah banyak yang memakai fasilitas ini sehingga ketika pergi atau sekedar jalan-jalan diluar rumah praktis saya tidak pernah membawa uang tunai lebih dari Rp 300.000.

Benar kata pepatah, masa lalu janganlah disimpan karena dapat merusak masa depan. Hal itu juga terjadi pada diri saya, kartu ATM BCA lama yang masih saya sebagai kenang-kenangan pertama kali mempunyai ATM menjadi saksi kunci atas tragedi salam ambil ATM. Waktu itu saya berbelanja untuk perlengkapan sikecil, seperti biasa karena jaraknya dekat saya hanya membawa ATM BCA. Kebetulan sekali waktu itu juga ada promo sehingga belanja dengan sedikit memborongpun saya lakukan. Tidak disangka ketika sampai dikasir dengan percaya diri saya berikan ATM sambil berkata.

Saya : “bayar pakai ATM BCA mbak”.
kasier : “ iya pak, tidak apa-apa. Totalnya Rp 215.650. Tunggu sebentar ya pak?
Saya : “oke”

Tidak selang berapa lama kasier pun berkata

kasier: “maap pak kartunya tidak bisa buat transaksi, ada yang lain atau pakai uang tunai?”
Saya : “Knapa? Waduh saya tidak bawa uang tunai. Tunggu mbak, saya coba ATM saya di mesin ATM itu?”
kasier : “silahkan pak”

Saya pun mencoba kegerai ATM yang kebetulan ada diluar minimarket dan hasilnya sama, sontak saja perasaan malu harus saya pendam dalam-dalam. Dengan sedikit raut wajah memerah saya menemui kasier minimarket sambil berkata.

Saya :”Maap mbak, saya keliru ambil ATM, nanti saya datang lagi’

Kasier: “tidak apa-apa pak, silahkan’.

Walaupun sudah dua kali saya menahan malu karena ATM BCA lama tetapi justru kenangan itu yang membuat saya tidak ingin membuang ATM BCA lama. Maklum ATM BCA adalah kali pertama saya memiliki ATM sehingga sayang jika dibuang.

Produk dan layanan dari bank berupa ATM, bagi saya sangat membantu sekali karena disamping tidak perlu repot-repot membawa uang tunai dalam jumlah yang besar, juga sangat efektif karena bisa dipakai untuk transaksi jual-beli pengganti uang. Apalagi ditunjang dengan banyaknya gerai ATM seperti gerai ATM BCA membuat saya tidak harus jauh-jauh mencari gerai ATM atau setidaknya saya tidak dipotong biaya administrasi ketika mengambil uang di ATM bersama. Terima kasih bank BCA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar